Kamis, 05 Maret 2009

Sultan-Hidayat Ungguli SBY-JK

YOGYAKARTA, KAMIS — Pasangan Sultan Hamengku Buwono X dengan Hidayat Nur Wahid sebagai calon presiden dan calon wakil presiden menjadi duet paling elektabel atau kemungkinan dipilih paling tinggi di DI Yogyakarta. Duet Sultan HB X dan Hidayat ini berhasil mengungguli pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Demikian hasil survei yang dilakukan Cakrawala Nusantara Consultant, sebuah lembaga survei di Yogyakarta yang dipaparkan kepada pers, Kamis (5/3) di Yogyakarta.

Direktur Cakrawala Nusantara Consultant Budi Santoso mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan 17-21 Februari dengan jumlah responden 1.065 orang yang tersebar di DIY diketahui, tiga pasangan capres dan cawapres yang memiliki nilai tertinggi yaitu Sultan-Hidayat (26,2 persen), Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (20,32 persen), dan Megawati-Sultan (17,67) persen. Pasangan lainnya, Yudhoyono-Hidayat (9,93 persen) dan Yudhoyono-Sultan (7,51 persen).

Meskipun pasangan Sultan-Hidayat menjadi paling unggul sebagai capres-cawapres, tetapi capres paling populer tetap dipegang SBY (23,19 persen). Sultan berada diperingkat kedua mengungguli Megawati (18,4 persen), sedangkan Megawati 8,26 persen. Prabowo menempati urutan keempat (1,97 persen). Sebesar 43,93 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan.

"Meski popularitas dengan elektabilitas mempunyai keterkaitan, tetapi popularitas tinggi tidak selalu diikuti dengan tingkat elektabilitas tinggi pula," ungkap Budi.

Sultan ternyata masih lebih populer sebagai cawapres. Sultan menjadi tokoh paling populer menjadi cawapres dengan berada di urutan pertama (38,76 persen), Kalla (27,52 persen), Hidayat (9,3 persen), Prabowo (5,81 persen), Din Syamsudin dan Sutiyoso sama (0,78 persen), dan Sri Mulyani yang mulai diwacanakan menjadi pendamping Yudhoyono ada di paling bawah (0,39 persen).

Budi mengatakan, survei itu dilakukan sebelum Kalla menyatakan kesiapannya sebagai capres. Karena itu, Kalla masih dipersepsikan publik sebagai cawapres. "Kalau survei dilakukan setelah kesiapan Jusuf Kalla mungkin saja hasilnya akan berbeda," katanya.

Dari hasil survei diketahui, alasan memilih Sultan adalah karena Sultan Raja Yogyakarta (30,1 persen), kejujuran dan kesederhanaan (18,37 persen), peduli dengan rakyat (13,78 persen), bisa membawa perubahan (14,29 persen), pengayom warga Yogyakarta (13,27 persen), dan alasan lainnya 10,19 persen. Adapun alasan para pemilih memilih SBY adalah kinerja bagus (23 persen), melanjutkan kepemimpinan (17 persen), karena program yang ditawarkan (16,6 persen), pengalaman memimpin (15,38 persen), dan pemberantasan korupsi berhasil (10,93 persen).

Budi menambahkan, keraguan responden memilih Sultan sebagai capres adalah karena Sultan belum memiliki kendaraan politik yang akan membawa menjadi capres. Hal itu menjadi kelemahan HB X di mata pemilih.

"Kalau sudah ada kejelasan kekuatan politik yang akan mengusung, konstelasi pasti berubah. Itu akan signifikan memengaruhi hasil survei. Masalah ini menjadi pekerjaan rumah tim Sultan untuk menggaet dukungan politik riil," ujar Budi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar